Pengusaha, atau bahasa kerennya adalah entrepreneur, adalah mereka yang pada umumnya berkeras hati berwirausaha atau mendirikan suatu perusahaan kecil sendiri (startup business) dengan hal yang mereka sukai.
Pengusaha sukses yang ‘lahir’ di era modern ini memiliki satu kesamaan; mereka memiliki hasrat yang sama dalam bidang wirausaha (Inggris-entrepreneurship). Wirausaha-wirausaha itu tumbuh dengan lingkungan pendidikan yang berbeda-beda.
Berkembang di dalam pergaulan sosial yang berbeda-beda pula. Percaya atau tidak, bahkan di antara pengusaha-pengusaha itu ada yang tidak pernah kuliah. Ada juga yang putus kuliah. Namun sekali lagi, bukan berarti pendidikan di bangku kuliah tersepelakan.
Atau bahkan tidak penting sama sekali. Pendidikan tinggi tetap perlu. Tapi, apa sih yang membedakan pengusaha sukses itu dengan kita? Apa yang mereka lakukan sehingga mereka bisa sukses kok kita masih begini-begini terus?
Pertanyaan yang sering diajukan oleh masyarakat kita adalah, bisakah keahlian berwirausaha (entrepreneurship skills) diajarkan di bangku pendidikan? Sementara itu, banyak orang mengatakan seperti ini, “Ilmu seorang pengusaha tuh matang karena pengalaman. Jadi tidak mungkin kita orang muda seperti itu. Mesti matang dulu di pengalaman.”
Pertanyaan saya, kenapa tidak langsung terjun saja?
Entrepreneurship adalah topik yang masih hangat dibicarakan di seluruh institusi pendidikan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Di Tanah Air sendiri, sudah banyak sekolah-sekolah yang berdiri yang mengajarkan entrepreneurship sebagai bagian kurikulumnya. Contohnya ada banyak, seperti Entrepreneur Academy, Stella Maris, dan Universitas Ciputra.
Menurut Caroline Daniels, seperti diceritakan di YukBisnis, kewirausahaan itu dapat diajarkan. Tapi, masih menurut dia, hal yang tidak dapat diajarkan adalah hasrat (passion) mengenai kewirausahaan itu sendiri. Ide dan peluang haruslah datang dari seorang pebisnis itu sendiri.
Walau demikian, setiap program kurikulum yang berbasis kewirausahaan tetaplah menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan setiap siswa. Itu bertujuan agar si calon pengusaha dapat mengidentifikasi serta mengembangkan model bisnis yang sukses.
Satu hal yang mesti dicatat, ada banyak hal tentang kewirausahaan yang harus diajarkan dari dan di dunia luar.
Tidak selamanya program kurikulum tersebut membantu banyak hal terkait kewirausahaan. Si calon pengusaha harus belajar apa pun yang bisa didapat dari semua sumber yang ada di dunia luar, termasuk mematangkan pengalaman pribadi.
Karena keahlian kewirausahaan itu sebagian besar didapat dari praktek, maka tingkat pengalaman keberhasilan setiap orang pun berbeda-beda.
Betul kata para orang bijaksana, pengalaman adalah guru yang terbaik. Tapi, bila sudah ada pengalaman-pengalaman dari pebisnis sebelumnya, mengapa tidak belajar dari kegagalan dan kesuksesan mereka yang sudah pernah mengalaminya? Dengan begitu kan kita tidak perlu lagi mengulangi kesalahan yang sama.
Salah satu pebisnis yang sukses yang bisa kita ambil contoh adalah Justin Beegel. Ia adalah orang yang memulai perusahaan pengolah visual dan gambar berbasis data di New York. Hasil kerja timnya diakui banyak media, dan digunakan sebagai infografik nomor satu di dunia.
Ia mengatakan bahwa tidak ada satu pun sekolah-sekolah bisnis yang ada di dunia akan mengajarkan kita bagaimana bisa unggul dalam bisnis. Pendidikan formal yang memadai memang dapat membantu membentuk pemahaman, cara pikir, dan pola belajar kita terhadap dunia bisnis.
Untuk bisa terjun langsung ke dunia bisnis, pastikan Anda menguasai hal di bawah ini.
Mengembangkan kepercayaan diri
Kembangkan kepercayaan diri Anda. Jangan pernah takut untuk mencoba hal baru. Apa pun itu. Jika kita percaya terhadap diri sendiri, apa pun bisa jadi sukses.
Jadi, jika ingin memulai sebuah perusahaan, bersikaplah seperti seorang murid. Seorang murid yang punya keinginan belajar apa pun agar perusahaannya berkembang.
Jangan juga takut mengambil risiko. Latihlah diri Anda untuk mengambil keputusan yang berisiko, dan mampu menangani risiko itu, itu tanda Anda pengusaha yang tangguh.
Jika berniat untuk ambil studi, ambillah program studi yang terkait dengan model bisnis yang Anda tekuni. Pilih juga mata kuliah yang dapat membantu menjalankan usaha Anda.
Studi kasus dan coba cari solusinya
Beberapa mahasiswa bisnis sering tidak pernah ‘menapak’ jika berbicara bisnis. Mengapa? Itu karena alumni dari institusi macam itu belum tentu benar-benar menguasai kasus bisnis di lapangan. Mereka hanya mempelajarinya di dalam kelas.
Sangat penting bagi calon pengusaha untuk benar-benar menghayati dan mencermati permasalahan bisnisnya. Pelajarilah berbagai macam bentuk manajemen, model keuangan, dan trik marketing yang sukses.
Kemudian, cari tahu bagaimana caranya mengambil contoh yang ada tersebut untuk bisa diterapkan di bisnis awal kita. Pengetahuan dalam pendidikan formal ini bagus untuk mencegah kita melakukan kesalahan dasar dalam bisnis.
Belajarlah dari yang terbaik
Malu bertanya, sesat di jalan. Salah satu hal yang sering dilakukan orang Indonesia adalah tidak pernah bertanya tentang kewirausahaan dari mereka yang pernah gagal dalam bisnis. Umumnya mereka merasa malu.
Bahkan untuk pebisnis yang usianya lebih tua, mereka hanya bisa berkata dalam hati, “Ah, masa saya yang tua malah belajar dari yang muda. Malu ah! Apa kata orang. Apalagi nanti malah dibilang kolot.”
Di sinilah pentingnya kerendahan hati. Tua maupun muda, jika sudah berlaku seperti seorang pebisnis, maka berlakulah seperti seorang murid. Setiap murid pasti memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Ciputra dan Bob Sadino sudah pasti memiliki ketajaman kewirausahaan (entrepreneurs skills) yang berbeda-beda.
Di Indonesia sudah ada universitas atau sekolah yang menyediakan para pengajar dan profesor di bidang bisnisnya masing-masing.
Mereka-mereka itu tentunya sudah banyak makan asam-garam di dunia kewirausahaan, dan itu pastinya akan sangat membantu kita melewati masa-masa awal membuka usaha.
Banyaklah bertanya kepada profesor-profesor bisnis yang sudah disediakan universitas itu. Jika kita tidak melakukannya, sia-sialah uang kuliah kita untuk sekolah bisnis.
Tapi, janganlah terlalu tergantung pada kenyamanan studi di kelas. Gelar tetaplah gelar. Pengalaman kita di dunia nyata menentukan kemampuan kita untuk sukses sebagai seorang entrepreneur di dunia nyata. Next: inspirasi peluang usaha menjanjikan dengan modal kecil